[FF TERJEMAHAN] In My Room – chap 4 (END)

Baca sebelumnya disini

CHAPTER 4 (LAST CHAPTER)

Merry Christmas

Jangan lupa untuk terus mendengarkan lagu SHINee – in my room sambil membaca FF ini.. pake mode ‘repeat’ di komputer, laptop, iPod, BB, MP4, dan HP-nya masing-masing supaya tetep dengerin lagu yang sama sambil baca FF ini! Dengerin lagu itu terutama di chapter terkahir ini!

——————————————————

(Minho POV)

“Aku akan baik-baik saja, hyung. Aku membawa cintamu bersamaku.” Dia tersenyum manis dan aku membalasnya. Aku merasa benar-benar bahagia. Kugenggam dan tersenyum. Mungkin roda kehidupan kami sedang bergerak menuju keatas sekarang.

“Baiklah, sebaiknya kau tidur sekarang.” Dia menutup matanya dan langsung terlelap. Wajahnya yang seperti malaikat terlihat tertidur dengan damai. Bahkan disana terpasang senyum yang manis di wajahnya. Hoaaeemmm, aku juga jadi mengantuk. Dengan segera aku terlelap disamping tempat tidurnya.

(Taemin POV)

Kubuka mataku perlahan. Minho hyung sudah tertidur di kursi disamping tempat tidurku. Kulepaskan tangannya yang sedang menggenggam tanganku. Aku sudah tidak layak lagi unyuk sekedar menyentuh tangannya. Aku sudah kotor sedangkan dia bersih, sama sekali tidak bernoda. Kuperhatikan wajahnya sekali lagi, wajah yang selalu penuh dengan cinta. Aku tak mau terlelap lagi dan membiarkan mimpi buruk itu datang lagi. Jadi aku hanya diam dan menatap wajah dama itu sepanjang malam.

Miyanhae (maaf) hyung, aku berbohong padamu.

(Minho POV)

Pagi hari. Taemin masih tertidur di ranjangnya dan tangannya masih terkunci di tanganku. Aku tersenyum pada diriku sendiri. Awal yang bagus hari ini. Dia sama sekali tidak terbangun dan menangis karena mimpi buruknya. Dia terbangun, mengucek matanya dan menatapku dengan malas.

“Selamat pagi, tukang tidur!” Aku tertawa kecil dan melepas tanganku dari tangannya bersiap untuk pergi kerja. Deg.. Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang aneh. Aku tidak tahu apa itu, mungkin hanya perasaanku saja. Aku mandi dan bersiap pergi bekerja. Aku harus meninggalkan rumah sekarang atau aku akan terlambat. Tapi aku masih tetap khawatir.

“Mungkin aku harus tetap dirumah dan menemanimu.” Dia cemberut mendengar pernyataanku. How cute! ^^

“Aku bukan anak kecil lagi, hyung. Aku bisa menjaga diriku sendiri.” Nada childish-nya itu. Aku tahu dia sudah dewasa tetapi aku tetap ingin menjaganya. Di suatu tempat jauh didasar hatiku yang paling dalam, aku tidak bisa meninggalkannya.

“Kau yakin kau tidak membutuhkanku?” Aku bertanya untuk terakhir kalinya saat kami sudah berada didepan pintu rumah. Tidak peduli berapa kalipun dia berkata kalau dia tidak membutuhkanku dan dia akan baik-baik saja, perasaanku bilang aku tidak boleh meninggalkannya. Seperti ada sesuatu yang mendorongku untuk kembali kedalam rumah.

“Aku yakin! 100 persen yakin!” Kuambil langkah keluar dari rumah dan memeluknya erat. Lagi-lagi aku bisa mencium shampoo lavender yang biasa Ia gunakan.

“Hati-hati. Kau bisa menghubungiku kapan saja.” Aku berbisik di telinganya. Tak lupa juga aku mencium keningnya.

“Tak perlu mengkhawatirkan aku. Aku akan baik-baik saja. Aku tidak akan melakukan apa yang aku lakukan waktu itu.” Dia meyakinkan aku. Tetapi setelah melihatnya menyiksa dirinya sendiri. Apakah aku bisa merasa tenang tanpa seorangpun yang menjaganya?

“Langsung hubungi aku jika kau takut, okay? Kunci pintu dan jangan bukakan untuk siapapun termasuk tukang pos! Katakan padanya untuk kembali setelah Key di rumah. Kalau dia ternyata orang jahat, Key bisa membereskannya dengan ‘bahasanya yang begitu berwarna’.” Aku membuat tanda kutip dengan jari-jariku pada kalimat ‘bahasanya yang begitu berwarna’. Dia tertawa, Taemin tertawa. Rasanya sudah lama sekali tidak melihat tawa itu. Meskipun begitu firasat buruk terus menyelimutiku.

“Mungkin sebaiknya aku tetap tinggal. Akan kubilang pada temanku kalau aku sedang sibuk dan aku tidak dapat menolongnya.” Aku ingin masuk kembali kedalam rumah tetapi Taemin mencegahku.

“Berhenti berkelit. Kau sudah berjanji pada temanmu dan kau harus membantunya. Key hyung akan kembali nanti siang dan aku bisa mengurus diriku sendiri sampai Key hyung tiba. Aku janji, aku akan menjaga diriku.” Dia mengacungkan jari kelingkingnya dan aku mengaitkannya dengan jari kelingkingku. Kami juga membuat cap dengan kedua jempol kami. Begitulah cara kami setiap kami berjanji.

“Baiklah.” Karena dia sudah berjanji, aku pegang janjinya itu. Akhirnya aku pergi juga menuju toko temanku. Banyak sekali pembeli yang datang dan pergi. Tiba-tiba aku merasakan kedutan pada mata kiriku. Mitos bilang jika mata kirimu kedutan, maka sesuatu yang buruk akan terjadi. Tuhan, kuharap mitos itu tidak benar.

(Taemin POV)

            “Baiklah.” Dia lalu menutup pintu dan berjalan keluar. Saat aku tidak lagi mendengar langkah kakinya, aku tersungkur dan memeluk lututuku. Kubenamkan wajahku yang basah pada kedua kakiku. Kenapa aku membiarkan Minho menyentuhku? Aku sama sekali tidak layak untuk bisa disentuhnya. Tidak lagi… Hari dimana aku diperkosa, aku sama sekali tidak layak untuk berada disisinya. Aku egois! Membiarkan Minho terus bersamaku, menerima semua cintanya, dan semakin dekat dengannya. Aku egois!

Aku menuju kamarku dan mengambil kuncinya. Kupegang kunci itu seperti aku memegang sebuah pisau. Stab! Kugoreskan kunci itu pada pahaku disebelah luka gores yang terlihat sdah ada sebelumnya. Ini untuk memegang tangannya yang suci! Stab! Lagi-lagi luka mengalir di tempat aku mengoreskan kunci itu lagi. Ini untuk pelukan yang aku terima darinya. Stab! Kali ini aku menggoreskannya di paha sebelah kiri karena aku sudah kehabisan tempat di paha sebelah kanan. Stab! Ini untuk selalu mencintainya! Aku membiarkan darah yang mengalir ke kakiku saat aku berdiri. Aku tersenyum, perasaan ini, aku merasa sangat lega. Darah ini, meskipun tidak cukup untuk membayar semua keegoisanku, tapi sedikit membuat perasaan bersalahku berkurang.

Aku berjalan menuju kamar mandi dan membasuh luka-luka di kakiku. Aku juga harus membereskan bukti-bukti yang menunjukkan kalau aku melukai diriku sendiri lagi. Jika tidak, maka hyung-hyungku akan lebih khawatir dan merelakan waktu mereka hanya untuk mengawasiku. Aku tidak ingin menjadi orang yang merepotkan mereka lagi.

Saat Minho melihatku melukai tanganku, aku tahu saat itu aku harus berpura-pura lebih jauh lagi. Tak peduli berapa banyak sakit hati yag kurasakan, tak peduli seberapa besar keinginanku untuk menangis, aku harus bertahan dengan itu… sampai aku sendirian.

Kubuka pintu lemariku dan melihat pakaian-pakaianku yang tergantung disana. Baju berwarna putih mengingatkanku kalau aku benar-benar menyukai warna putih. Tapi aku sudah tidak layak lagi untuk itu. Akan mengotori warna putih yang suci jika aku yang mengenakannya. Kugantungkan kembali warna putih itu dan kuganti dengan parka hitam dan celana jeans. Aku harus tiba di rumah sebelum Key kembali.

Kutatap wajahku di cermin dan kuusap kedua mataku yang sudah menghitam bagian bawahnya. Aku lelah… Sudah lama sekali sejak terakhir kali aku merasakan tidur yang nyenyak. Setiap malam, aku harus berpura-pura tidur dan membuka mataku kembali saat Minho sudah tertidur. Aku tidak bisa membiarkan diriku tidur dan kemudian berteriak-teriak dalam tidurku. Tidak tidak, aku hanya akan membuat Minho tidak bisa tidur karena terus menenangkanku. Awalnya sulit,tetapi kemudian aku terbiasa. Aku tak tahu berapa lama lagi aku bisa bertahan dengan malam-malam dimana aku tidak bisa membiarkan mataku terpejam.

Kuambil dompetku ada beberapa lembar uang didalamnya. Aku sudah memikirkan hadiah natal yang harus kuberikan untuk hyung-hyungku. Tanganku terasa dingin dan bergertar. Diluar… dunia yang memberiku luka yang tak pernah sembuh dan memerintahkanku untuk berbohong terus-menerus. Betapa aku ingin lari dari dunia ini.

Kuambil langkah pertamaku keluar dari rumah dan tubuhku langsung bergetar. Kepeluk kedua bahuku bukan karena kedinginan. Tiba-tiba aku takut keluar. Di bahuku tidak ada luka yang kubuat, tetapi disana ada bekas dari hari itu. Bekas penyiksaan yang aku terima. Kupaksakan kakiku melangkah. Nafasku berhembus tak karuan dan jantungku berdebar lebih cepat dari biasanya. Butuh tiga puluh menit untuk menenangkan diriku. Sekarang aku sudah bisa melepas tanganku dari pundakku dan memasukkan kedua tanganku ke saku celanaku.

Ada sebuah toko krstal disana yang menjual kristal dalam berbagai bentuk dan design. Ada miniatur dari kristal yang berbentuk piano, rumah, biola, ayunan,…. malaikat. Mataku menangkap malaikat kecil itu. Design-nya sederhana. Kedua tangan malaikat itu mengatup dan keningnya bertumpu pada kedua tangan itu. Malaikat kecil itu seperti berdoa untuk keselamatan seseorang. Sempurna… Minho seperti malaikat penjagaku, melindungiku, peduli padaku… menangis untukku.. Ya… Dia menangis untuk semua penderitaanku. Melukai dirinya saat seharusnya aku yang terluka.

Aku tidak bisa menangis sekarang. Tidak di toko ini. Cepat-cepat kuambil miniatur malaikat itu dan menuju kasir. Ada sebuah kotak berwarna coklat dan aku juga mengambil coklat itu. Kuangkat kembali miniatur malaikat itu mendekat kemataku. Ada sebuah lampu yang bisa kulihat dari bagian jantung miniatur malaikat ini. Cahaya itu membuat krystal ini bersinar seakan-akan malaikat kecil ini hidup. Kucerminkan wajahku sendiri pada miniatur malaikat itu. Dan.. aku tak kuasa menahan air mataku. Ah, malaikat kecil itu tampak menangis juga. Pasti dia juga memantulkan bayangan mataku. Hey malaikat kecil, apa kau mengerti penderitaanku? Sudahlah, aku harus memasukanmu kembali kedalam kotak.

Aku keluar toko dan bersiap mencari hadiah lainnya. Tiba-tiba… Dia disana! Mata besar yang berwarna coklat, alis yang tebal, bekas luka yang memanjang di pipinya, bibir yang tipis…. Mimpi burukku yang tak pernah berakhir.. Dia, salah satu orang yang memperkosaku. Senyuman sinis langsung terkembang di wajahnya saat melihatku. Tidak! Tidak! Dia berjalan kearahku. Aku meundur ke belakang perlahan-lahan. Dia semakin mendekat.. kenangan burukku.. dia kembali… Dia mempercepat langkahnya.. Tidak! Tidak! Aku mulai berlari menjauh. Tidak! Tidak! Jangan mendekat! Setiap kali aku menengok ke belakang, dia masih mengejarku. Dia masih mengejarku!

Siksaaan itu, rasa sakit itu, sentuhan itu.. seperti baru terjai kemarin.. Salah satu tanganku berada di kepalaku, menarik rambutku. Sakit! Aku terus berlari sampai akhirnya aku tiba di persimpangan jalan. Aku harus menyebrangi jalan ini… Minho akan ada di sebrangnya.. dia akan berada disana. Aku sama sekali tidak melihat ke kanan kiri lagi dan terus melangkah menyebrangi jalan… dan… CRRRAAASSSSSHHHHH!!!!!

Sebuah cahaya terlihat menyinariku. Malaikat di langit, dia menangis sambil tersenyum..

Bawa aku… bawa aku bersamamu… Jebal

(Minho POV)

Aku terus-terusan merasa tidak enak. Mungkin aku harus menelepon rumah.

Satu-satunya orang yang kucintai seumur hidupku semakin jauh dan menjauh.. Aku menggelengkan kepalaku dan langsung mengambil Handphone-ku. Sebelum aku sempat menghubungi rumah, Key sudah lebih dulu menghubungiku.

“Key? Ada apa?”

“TAEMIN HILANG!!! APA DIA BERSAMAMU?!” Key pasti berteriak-teriak disana.. Taemin?

“Bukankah dia di rumah?” Oh Taemin, kenapa kau tidak di rumah?

“Tidak, dia tidak di rumah. Minho, aku takut.. Taemin… Aku tidak tau dia pergi kemana…” Suara Key mulai bergetar, sepertinya dia hampir menangis.

“Aku pulang sekarang!” Aku langsung memutuskan sambungan teleponnya. Temanku yang mengerti keadaanku memperbolehkanku pulang. Aku berlari secepat mungkin. Di persimpangan jalan, terlihat orang-orang yang tampak berkerumun. Saat aku melangkah menuju kerumunan itu.. Sebuah miniatur malaikat yang terbuat dari Krystal berguling didekat sepatuku…

di rumah…

Kubaringkan setengah tubuhku pada ranjangnya dengan tetap membiarkan kakiku menjuntai di lantai. Kubenamkan wajahku pada ranjang empuk itu, berusaha untuk merasakan kehangatan yang masih tersisa disana. Aku benci diriku. Kenapa aku tetap pergi? Kenapa aku tidak diam saja di rumah? Kenapa aku tidak melihat pahanya yang ternyata sudah penuh dengan luka? Kenapa bukan aku saja yang merasakan sakit di hatinya? Kenapa aku tidak tau kalau dia terus berhalusinasi. Kenapa? Kenapa? KENAPA?

“Dia tidak akan pernah bangun..” Aku terpaku mengingat kata-kata yang dikatakan dokter di rumah sakit. “Tubuhnya bisa tetap hidup hanya karena mesin-mesin ini. Dia bisa mendengarmu, dia bisa berpikir, tetapi dia tidak mampu menggerakkan tubuhnya bahkan untuk membuka matanya.. Ini yang terbaik yang bisa kami lakukan.”

Sesuatu terlihat tersembul dibawah bantal Taemin. Sebuah buku… Sebuah diary lainnya dengan sampul hitam yang berjudul… The painful days… Kuambil buku itu dan kubaca satu-persatu tulisan yang tertulis disana.

——————

Mimpi buruk itu lagi.. Sepertinya aku tidak akan pernah berhenti bermimpi buruk. Mimpi buruk yang mustahil kuhentikan. Aku mencoba untuk membunuh diriku sendiri di dalam mimpi itu, tapi sebuah tangan mencegahku. Tangan itu merangkulku, merangkul nyawaku.. Tangan itu tidak membiarkan jiwaku mendapatkan kedamaian abadi. Pemilik tangan itu bilang padaku agar aku tidak menyerah. Tetapi rasa sakit yang kudapat dari mimpiku selanjutnya membunuh diriku pelan-pelan. Mimpi itu berputar, kemudian adegan yang sama terputar kembali. Aku ingin pergi, aku ingin mati, tetapi tangan itu tetap menahanku.

Saat aku terbangun dari mimpiku.. aku melihat sebuah tangan menggenggam erat tanganku.. Kenapa Minho? Kenapa kau tidak membiarkan aku mati? Tak peduli seberapa banyak aku mencoba bunuh diri saat aku diculik dulu, mereka juga mencegahnya. Tetapi kemudian mereka menghadapkanku kembali dengan gerbang kematian.. Mereka juga yang menarikku dari sana.. Ketika aku kembali, mereka lagi-lagi menghadapkanku dengan gerbang kematian.

Minho, kau hanya melakukan hal yang sama. Menyelamatkanku dari kekejaman namun kemudian aku merasakan kembali kekejaman yang sama… Itu akan lebih menyakitiku…

—————–

 

Miyanhae (maaf) Taemin… Aku hanya tidak bisa membiarkanmu pergi.. Aku tidak tahu kalau aku hanya membuatmu merasakan luka lebih banyak.. Jika aku tahu, aku pasti sudah membiarkanmu pergi.

—————–

            Aku tak sengaja melukai diriku dengan pisau hari ini… Saat darahku mengalir… Aku merasa lebih baik… Jauh lebih baik.. Mungkin aku memang harus melukai diriku untuk merasa sedikit lebih baik. Aku menyukai perasaan saat melihat diriku terluka, karena aku memang menginginkannya.

            Aku tetap tidak bisa tidur. Saat aku menutup mataku, aku dapat melihatnya lagi… Kalaupun aku tertidur, aku dapat melihatnya didalam mimpiku.. kejadian itu.. seperti mimpi buruk yang tidak akan pernah berakhir.

—————–

            Aku bangun lebih awal untuk membuat sarapan pagi ini… Yah, walaupun sebenarnya aku tidak tertidur sama sekali.

            Aku merasa agak takut saat dipeluk Minho. Pelukan itu membawaku pada ingatan yang ingin aku lupakan. Aku menangis didepannya hari ini. Aku benar-benar lemah! Aku tidak yakin kalau dia tahu penyebab tangisku. Nantinya, aku tak yakin kalau aku bisa menerima pelukan atau ciuman darinya lagi. Selain aku memang sudah tidak layak untuk itu, setiap pelukan, setiap ciuman, hanya akan mengingatkanku akan kejadian hari itu. Miyanhae (maaf) Minho..

            Lagi-lagi aku melukai diriku. Kupikir melukai ragaku adalah satu-satunya cara untuk menyembuhkan luka di jiwaku.

——————

            Minho melihatku saat aku melukai diriku. Aku tak bisa melakukannya lagi. Aku harus terlihat kuat didepannya. Tapi dia tidak akan mengerti luka di jiwaku. Aku menemukan area baru di tubuhku untuk kulukai. Pahaku.. Karena aku tidak memiliki celana pendek sehingga pahaku akan terlihat. Itu area terbaik yang kutemukan. Aku akan tetap terlihat normal. Minho tidak akan tahu.

—————

            Rencanaku berjalan sempurna. Minho pikir aku baik-baik saja. Aku tidak lagi melihatnya menderita karenaku. Hari-hari sekarang seperti sudah kembali seperti dulu baginya. Aku hanya harus bertahan sedikit lagi… Sebentar lagi… Aku mendengarnya menelepon. Temannya mengajaknya untuk bekerja di toko milik temannya itu. Bagus! Aku bisa diam-diam keluar rumah dan membeli hadiah natal untuknya.

—————

Taemin.. Taeminnie.. Aku tidak tahu kalau kau sebegitu menderitanya. Taemin… Seharusnya aku tidak menahanmu dan membiarkanmu menderita seperti ini. Aku tak akan menahanmu lagi. Aku janji!

Di rumah sakit

Aku mendekat ke tubuh Taemin yang terbaring di ranjang rumah sakit dengan banyak kabel dan selang menempel di tubuhnya. Mengambil kursi dan duduk di sebelahnya. Tanganku menyentuh setiap bagian dari wajahnya. Matanya, hidungnya, pipinya, bibirnya. Rasanya kulit Taemin semakin dingin dan dingin.

“Taemin, aku tahu kau dapat mendengarku…” Aku jadi sedikit ragu.. Aku merasa bibirku sulit untuk berkata-kata lagi. Tapi aku tetap memaksa diriku untuk melakukannya. “Jika kau mendengarku, tunjukkan padaku…:”

Tiba-tiba garis pada monitor pendeteksi detak jantung bergerak lebih cepat kemudian kembali normal. Dia bisa mendengarku.. Kugenggam tangannya dan kuselipkan cicin penikahan yang baru saja kubeli dalam perjalanan kemari.

“Di kehidupan ini mungkin kita tidak bisa bersatu. Tapi kuharap pada kehidupan kita selanjutnya kita akan menjadi pasangan paling bahagia.” Kucium tangannya tepat di cincin itu. Sepertinya dia tidak menolak.

“Taemin, aku butuh bantuanmu. Aku butuh keberanian untuk memutuskan keputusan yang sangat berat untukku. Jika kau berkata ya dan kau setuju, debarkan jantungmu lebih cepat. Jika tidak, tetaplah tenang.” Dia berkata ‘ya’ dengan debaran jantungnya. Aku menarik nafas panjang.

“Apa kau benar-benar ingin aku merelakanmu pergi?”

Dia bilang ‘ya’..

 

Kututup mataku untuk membiarkan setetes air mataku jatuh…

**********

“APA YANG SEBENARNYA KAU PIKIRKAN?” Key berteriak histeris. Dia tidak percaya akan apa yang sudah kulakukan di kamar Taemin barusan.

“Kupikir kita harus merelakannya..” Jonghyun hyung memeluk Key mencoba untuk menenangkannya.

Key terus mendorong Jonghyun hyung menolak pelukan yang dia berikan tetapi Jongyun hyung tak membiarkan Key yang menangis itu lepas. “Bagaimana kalau keajaiban terjadi? Bagaimana kalau nantinya Taemin akan bangun?”

“Bagaimana kalau tidak? Apa kita akan terus-terusan menahannya di dunia ini selamanya?”

“Setidaknya dia tidak akan merasakan sakit lagi.” Aku menunjukkan Diary hitam Taemin pada Key.. Selesai membacanya tubuh Key langsung ambruk ke lantai. Jonghyun hyung menahannya agar Key tetap sadar. Yang kudengar kemudian hanyalah suara tangis Key.

“Jika.. Jika memang dia yang menginginkannya…” Key berusaha mengatakan itu dibalik isak tangisnya.

**********

 

            “Apakah kau akan membiarkanku mencium lagi? Untuk terakhir kalinya? Akankah kau membiarkanku menciummu dengan perasaan seperti kita berciuman dulu?” Dia setuju. Kucium bibirnya yang dingin itu. Tetapi saat bibirku menyentuh bibirnya, perasaanku hangat. Rasanya persis seperti ciuman kami yang dulu. Rasanya bahkan lebih hangat dibandingkan ciuman pertama kami. Rasanya seperti kembali ke masa-masa indah dulu. Sewaktu bibir kami saling menyentuh, seperti itulah… air mata bahagia mengalir dari wajah malaikatnya.

            “Selamat natal, Taemin…” Aku melihat senyuman yang damai di wajahmu. Detik demi detik berlalu. Keraguan sudah sepenuhnya hilang dari pikiranku saat melihat senyumanmu yang tulus. Kau benar-benar tersenyum.

            Aku mematikan mesin-mesin penopang kehidupanmu… Semua hal harus ada akhirnya.. Termasuk hubungan kita… Selamat tinggal, Taemin…

            Hadiah natal dariku adalah membebaskanmu dari penderitaan untuk selamanya…

—————————————————————————————

(TAMAT)

translated & edited by: ANGELAFT RACTA

17 pemikiran pada “[FF TERJEMAHAN] In My Room – chap 4 (END)

  1. Ping balik: [FF TERJEMAHAN] In My Room – chap 3 « Angel's Blog

  2. haaaahhh…???!!!
    Apaaannnn.. Kok malah sad ending,, hhukkss.. Kupikir di chap. 3 ending..
    Ahhh—- gakuat nahan air mata pas ituuu– minho nyuruh taemin jawab ya pake detak jantungny, jantungku jd ikut derdetak lebih kencang.. Fiiuhhhh..*peluk minho*

  3. hyaaaaa….ini bener2 FF yg paling bagus yg pernah aku baca! Dan sukses bikin aku nangis baca-nya! Bikin mata bengkak abis baca ini. dan bener! Baca sambil denger In my Room! Y.Y
    Baca ini berasa baca novel best seller *lebay* *gakpapa* hehe

    Makasih banyak yaahh makasiiiihhh bgt ini yg udah nerjemahin! Love u lah! #eh hahaha

  4. Sedih bnget bca FFnx smpe ikutan ngis uga bcanx, minho ksian bget di tnggalin taemin kiraen taeminnx akn baek2 aza ,,yg tabah ya minho.T_T
    buat yg nerjemahin FFnx mksich ych.
    Sip dechh critanx.

  5. Sad Ending :'(.!!!
    Nggak tau mau ngomong apa pkok.y bagus ! ( T^T)b
    HuwEeee,ending.y feel sad.y dapettt buangett…!!! *nangisbombay* TT_TT

  6. ga bisa ngomong apa2 lgi sekarang 😥
    ceritanya bagus banget dann….feelnya kena!
    ya ampun, aku bener2 ketagihan baca ff ini.
    semuanya tertata dengan baik dan ga bertele-tele. aku suka!!!

Tinggalkan Balasan ke Layla Batalkan balasan